Beriman Kepada Qada dan Qadar
A. Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar termasuk
rukun Iman yang ke- enam dan harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin
dan muslimat. Iman kepada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari lebih
populer dengan sebutan takdir. Iman kepada Qada dan Qadar artinya percaya dan
yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas
semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang
menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di
alam semesta.
Menurut bahasa, Qada memiliki
beberapa pengertian, yaitu hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan,
penciptaan. Menurut istilah, qada adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali
sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yangberkenan dengan makhluk.
Sedangkan, menurut bahasa, qadar
artinya kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam, qadar adalah
perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar
dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
B. Ciri Beriman Kepada Qada dan Qadar.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap
orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang dialaminya. Kenyataan itu kadang
ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :
• ada yang memuaskan ada yang tidak,
• ada yang menyenangkan ada yang
menyusahkan,
• ada yang menurut kita baik ada yang
buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qada
dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang dialaminya, akan ditanggapi dan
diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada qada
dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara
negatif.
Contoh :
• Orang beriman yang tertimpa musibah
menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan ketabahan. Kesabaran dan
ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt dengan pahala. Jadi,
selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus mengalir.
• Orang beriman ketika mendapatkan
keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa semua itu karunia dari Allah
SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian
keuntungannya tersebut.
• Orang yang tidak beriman ketika
mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna lagi. Dia merasa putus asa
dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam perbuatan yang merusak,
seperti melamun, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.
• Orang yang tidak beriman ketika
mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah menggunakannya untuk
berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-mata merupakan
prestasi yang harus dirayakan dan dia berhak dan bebas menggunakan sesuka
hatinya.
Dengan memahami contoh-contoh
tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qada dan qadar mempunyai peranan
penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan keimananmu
kepada qada dan qadar.
Ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar.
1. Selalu menyadari dan menerima
kenyataan.
Iman kepada qada dan qadar dapat
menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk menerima kenyataan hidup. Karena yang
terjadi adalah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya bencana atau
rahmat itu semata-mata dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang
dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah menghendaki bencana
atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu tidak
memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab :
17)
2. Senantiasa bersikap sabar.
Orang yang beriman kepada qada dan
qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan penuh kesabaran, baik
dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi senang
atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT
senantiasa dalam keadaan yang stabil jiwanya.
Artinya : “Apakah manusia itu mengira
mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji lagi ?”.(QS. al-Ankabut : 2)
Wujud ujian dan cobaan bisa berupa
tiadanya biaya pendidikan, fisik yang lemah, penyakit, orang tua meninggal,
dilanda bencana alam, dan sebagainya. Perhatikan firman Allah berikut :
Artinya : “Dan sungguh akan kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Baqarah : 155)
Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah,
yaitu supaya memberi berita gembira kepada orangorang yang sabar. Memang dalam
menghadapi cobaan diperlukan sikap sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit manusia
mencapai sukses.
3. Rajin dalam berusaha dan tidak
mudah menyerah.
Agar seseorang terus giat berusaha ia
pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu diwaspadai, dinilai, serta
diberi balasan. Firman Allah :
Artinya : “Dan bahwasannya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya
usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)
4. Selalu bersikap optimis, tidak
pesimis.
Keyakinan terhadap Qada dan Qadar
dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah putus asa. Karena ia yakin
walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan berputus
asa. Firman Allah SWT :
Artinya : “…dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)
5. Senantiasa menerapkan sikap
tawakal.
Tawakal (berserah diri kepada Allah
SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini bahwa segala sesuatu telah
dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah
tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin
Allah menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya aku
bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata
pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas
jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).
C. Contoh dan Macam-macam Takdir.
Meskipun segala sesuatu yang terjadi
di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali, tetapi
pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran
makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan
takdir mu’allaq :
1. Takdir Mubram
Dalam bahasa Arab, mubram artinya
sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan
ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia,
tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau
rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu ajal seseorang tiba
Usia seseorang
Jenis kelamin seseorang
Warna darah yang merah
Bumi mengelilingi matahari
Bulan mengelilingi bumi
Jika Allah sudah menetapkan bahwa
seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka
orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu.
Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia
berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)
2. Takdir Mu’allaq
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya
sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT
yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya
aakhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT.
berfirman :
… إِنَّ اللّهَ لاَ
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ ….
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)
Beberapa contoh takdir mu’allaq
antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai,
kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu
datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi
pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan
hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak
mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos.
Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros;
atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka
apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.
Sebagaimana ciri orang yang beriman
kepada qada dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak
boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh
dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
beriman kepada qada dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku
tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh
hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang
kita citacitakan