Entri yang Diunggulkan

Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah

Ahlak Terpuji 2 (Shiddiq, Amanah, Tablig dan Fathanah) Perilaku Rasulullah saw adalah suri teladan bagi umat manusia. Ketinggian ...

Jumat, 05 Oktober 2018

ahklak mazmumah kepada diri sendiri (tamak, penakut, mementingkan diri sendiri)


Akhlak Mazmumah kepada diri sendiri

Tamak
A.      Pengertian Tamak
Menurut bahasa, tamak artinya serakah atau rakus. Adapun menurut istilah, tamak ialah sikap perilaku tidak pernah puas atas apa yang telah dimilikinya. Tamak merupakan kebalikan dari qana’ah, yakni sikap menerima apa yang telah diberikan Allah tanpa rasa kekurangan.
Orang yang memiliki sikap tamak akan selalu measa kurang. Ia akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan yang ia inginkan. Ia tempuh semua jalan, tidak peduli halal atau haram. Sebab, yang terpenting baginya adalah bagaimana keinginannya tercapai dan bagaimana menjadi orang yang punya banyak harta.
وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ٣١
…. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Qs. Al-A’raf : 31)

B.      Ciri-ciri orang yang tamak
  1. Tidak pernah merasa puas terhadap apa yang sudah dimilikinya
  2. Terlalu besar keinginannya untuk mendapatkan sesuatu dengan menghalalkan segala cara
  3. Tidak suka melihat orang lain maju dan melebihi kemampuannya
  4. Tidak mau bekerja sama dengan orang lain karena takut tersaingi
  5. Tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk medapatkan kemajuan

C.      Akibat buruk orang yang berbuat tamak
  1.  Hatinya selalu tidak tenang dan gelisah
  2.  Bersikap tidak ikhlas atas apa yang diberikan Allah swt kepadanya
  3. Munculnya banyak keinginan untuk memiliki apa yang menjadi milik orang lain
  4. Tidak rela orang lain mendapatkan keberuntungan
  5. Tumbuh sikap membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan kepunyaan orang lain
  6. Terlalu banyak berangan-angan, melamun atau menghayal
  7. Akan mendapat laknat dan azab yang pedih dari Allah
    D.      Cara menghindari perilaku tamak
  1. Biasakan bergaul dengan orang-orang yang berjiwa qana’ah
  2. Biasakan bersikap ikhlas dan ridha atas apa yang telah diberikan Allah swt kepada kita
  3.  Hindari sikap iri dan dengki atas apa yang menjadi milik orang lain
  4. Rajinlah belajar dan bekrja untuk mendapatkan yang terbaik di masa yang akan datang
  5. Jangan sekali-kali menyalahkan orang lain atas ketertinggalan atau kegagalan kita
  6. Jangan menghalalkan segala cara hanya untuk memuaskan hawa nafsu
  7.  Berdoalah kepada Allah swt agar kita diberi kekuatan untuk menghindari sikap tamak


Penakut
A.      Pengertian penakut
Rasa takut adalah suatu keadaan jiwa yang tidak siap menerima kehadiran sesuatu yang tidak sesuai dengan jiwanya.
Dalam ajaran islam, rasa takut yang normal dan wajar sangat dianjurkan, terutama rasa takut kepada Allah swt. Sebab rasa takut yang normal dapat membuat seseorang menjadi bersikap waspada dan hati-hati.
Namun dalam pembahsan ini kita tidak akan memahas rasa takut yang normal, melainkan rasa takut yang berlebihan. Orang yang memiliki rasa takut yang berlebihan disebut penakut. Sikap perilaku penakut dapat disebut pengecut. Pengecut adalah perilaku tidak terpuji. Seorang yang pengecut, cenderung tidak meiliki rasa tanggung jawab, ia hanya berani berbuat, tidak mau bertanggung jawab atas risiko perbuatannya.

Setiap muslim tidak boleh menjadi seorang penakut. Sebaliknya, harus menjadi seorang pemberani dalam menegakkan kebenaran sebab Allah bersama seorang pemberani.

.إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ ….
Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita."  (Qs. At-Taubah : 40)

B.      Ciri-ciri perilaku penakut
1.       Selalu ragu-ragu dalam berbuat kebaikan
2.       Tdiak bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya
3.       Selalu menyalahkan orang lain

C.      Akibat buruk perilaku penakut
1. Dapat mendatangkan malapetaka dan kemudharatan, baik bagi pelakunya maupun ornag lain
2. Tidak mampu meraih cita-cita dan apa yang diinginkannya karena rasa takut akan mendorong enggan berbuat sesuatu
3. Menghilangkan sikap mental keberanian yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim
4. Hidupnya tidak akan pernah sukses karena seorang penakut tidak mau bekerja keras
5. Terhindar dari sikap perilaku tanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain

D.      Cara menghindari perilaku penakut
1. Hilangkan keragu-raguan dalam hati ketika hendak melakukan suatu perbuatan baik dan benar menurut agama
2. Tanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan pula.
3.  Hendaklah disadari bahwa rasa takut itu hanya kepada Allah saja
4. Hendaknya disadari bahwa perilaku penakut tidak akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain
5. Hendaknya disadari bahwa rasa takut yang berlebihan itu bersumber dari setan


Mementingkan diri sendiri
A.      Pengertian Mementingkan diri sendiri
Dalam bahasa Arab, mementingkan diri sendiri disebut ananiyah, yaitu sikap yang tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap mementingkan diri sendiri disebut juga egois.
Islam melarang umatnya memiliki sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri, sebab selain merupakan akhlak tercela, juga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk saling peduli dan tolong menolong satu sama lain. Karena sesama muslim adalah bersaudara, mereka bagaikan satu tubuh yang dapat merasakan pahit dan manisnya kehidupan bersama-sama.

عن أبي هريرة قال : قال رسول الله ص : مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw telah bersabda, perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling mengasihi, adalah bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita, maka menjalarlah penderitan itu ke seluruh badan sehingga tidak dapat tidur dan merasa panas badan 
(Hr. Bukhari dan Muslim)

B.      Ciri-ciri perilaku mementingkan diri sendiri
1.       Tidak peduli terhadap penderitaan orang lain
2.       Tidak mau membantu orang yang ditimpa kesusahan
3.       Selalu ingin menang sendiri
4.    Merasa dirinya paling memiliki kelebihan dari segalanya, baik harta, tahta, rupa wajah, kekuatan, kepintaran, dan lain-lain
5.       Angkuh, sombong, dan tidak mau bergaul dengan orang yang lebih rendah darinya
6.       Menganggap lemah dan remeh terhadap orang lain
7.       Tidak mau menerima masukkan, saran, kritik dan nasihat dari orang lain.

C.      Akibat buruk perilaku mementingkan diri sendiri
1.       Tidak akan mendapatkan banyak teman karena semua orang meninggalkannya
2.       Ucapan dan perbuatannya tidak akan di dengar dan diperhatikan orang lain
3.       Mendatangkan banyak musuh
4.       Mendapatkan dosa besar dari Allah swt

D.      Cara menghindari perilaku mementingkan diri sendiri
1.  Tanamkan keimanan kepada Allah swt dan Rasul-Nya dalam hati
2.   Hindari sikap benci dan sikap balas dendam terhadap orang lain
3. Berkiap kesatria yang selalu mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan golongan
4. Jagalah harkat dan martabat orang lain di mata masyarakat agar mereka pun menjaga martabat kita
5. Hilangkan sikap perilaku sombong dan angkuh dalam pergaulan hidup sehari-hari



akhlak mazmumah kepada diri sendiri (malas, sombong, boros, ria)


Akhlak Mazmumah kepada diri sendiri

 Malas
Pengertian malas
Malas artinya tidak mau bekerja atau tidak mau melakukan sesuatu. Orang yang malas disebut pemalas. Orang yang malas berarti tidak ada kemauan atau keinginan, tidak ada gairah hidup, lamban bertindak, dan hanya menerima apa adanya tanpa berusaha. Dalam bahasa arab, malas disebut  Al-Kaslu, yang artinya berat untuk mengerjakan sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu.
Kita harus senantiasa berlindung kepada Alah swt dari siat malas, terutama malas beribadah, bekerja dan belajar. Seorang muslim yang malas beribadah, tergolong-orang –orang munafik. Seorang muslim yang malas bekerja, niscaya hidupnya tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Seorang siswa muslim yang malas belajar, elak ia akan meyesali hidupnya. Sebab, tidak ada ilmu yang datang sendiri atau datang tiba-tiba, melainkan harus diraih dengan cara belajar yang tekun.

Dalil tentang perintah menjauhi perilaku malas

Dari Abu hurairah berkata, Rasulullah saw telah bersabda, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesusahan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan sifat malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan pengecut, dan aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang tak mampu ditanggung serta kesewenangan orang yang tak mampu dilawan. (Hr. Abu Dawud)

Ciri-ciri orang yang berperilaku malas, antaralain:
a.       Tidak mau berusaha dan berikhtiar
b.      Tidak mempunyai keinginan atau cita-cita
c.       Tidak punya gairah hidup
d.      Selalu bergantung kepada orang lain
e.      Kurang percaya diri

Akibat buruk perilaku malas
Cara menghindari sikap dan perilaku malas
a.       Carilah kesibukkan dan kegiatan yang bermanfaat
b.      Tanamkan keyakinan bahwa orang malas hidupnya akan susah
c.       Usahakan bergaul dengan teman-teman yang rajin
d.      Seringlah berdoa agar terhindar dari sifat malas

Sombong
Pengertian sombong
Sombong dalam bahasa arab disebut takabur, yang artinya angkuh, adigung, besar kepala atau merasa diri paling hebat. Adapun menurut istilah, sombong ialah sikap perilaku yang mengangap orang lain lebih rendah dibandingkan orang lain. Perilaku sombong merupakan perilaku setan atau iblis yang terkutuk. Oleh karena itu, agama islam melarang umatnya memiliki sikap perilaku sombong dalam hidupnya

Dalil tentang perintah menjauhi sifat sombong
 وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡتَنكَفُواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ فَيُعَذِّبُهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا 
Adapun orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah. (An-Nisa’: 173)

Ciri-ciri orang yang berperilaku sombong, antara lain:
a.       Selalu menganggap rendah orang lain
b.      Cenderung tidak mau menghargai orang lain
c.       Menganggap enteng dan remeh setiap masalah
d.      Tidak memperdulikan saran, masukan, kritik dan pendapat orang lain.
e. Selalu memamerkan kelebihan atau kepunyaannya dengan maksud agar orang lain menghormatinya
f.        Gila hormat dari orang lain sehingga menganggap orang lain sebagai bawahannya

Akibat buruk perilaku sombong
a.       Dimusuhi banyak orang
b.      Hidupnya banyak dipengaruhi oleh nasu setan
c.    Tidak pernah intropeksi diri, sehingga selamanya tidak mengenali kekurangan dan kelemahan dirinya
d.      Disiksa oleh Allah di dunia dan diakhirat

Cara menghindari sikap dan perilaku sombong
a.       Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati
b.      Hindari bergaul dengan orang-orang yang biasa bersikap sombong
c.       Biasakan memandang orang lain dari sisi kelebihannya agar kita mampu menghargainya
d.   Jangan sekali-kali memandang orang lain rendah, sebab  setiap orang meiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing
e.      Seringlah berdoa agar terhindar dari sifat sombong

Boros
Pengertian boros
Boros dalam bahsa arab disebut tabżīr, artinya pemborosan atau penghamburan. Adapun menurut istilah, boros ialah menggunakan sesuatu secara berlebihan. Orang yang boros adalah orang yang suka menghambur-hamburkan hartanya untuk berfoya-foya atau hura-hura.

Dalil tentang perintah menjauhi sifat perintah menjauhi sifat boros
Allah swt menegaskan bahwa perilaku boros merupakan perilaku setan, dan orang-orang yang boros adalah teman-temannya setan. firman Allah swt:


وَءَاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا ٢٦ إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧  
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Qs. Al-Israa: 26-27)

Ciri-ciri orang yang berperilaku Boros, antara lain:
a.       Menggunakan sesuatu tanpa memperhitungkan baik atau buruk
b.      Tidak memikirkan masa depan
c.       Suka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan

Akibat buruk perilaku boros
a.       Hidupnya terancam bangkrut dan merugi
b.      Masa depannya akan suram
c.       Tidak disukai Allah swt dan Rasul-Nya
d.      Dijauhi oleh orang lain

Cara menghindari sikap dan perilaku boros
a.    Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati agar kamu dapat mengendalikan diri dari godaan setan yang selalu mengajak boros
b.  Hindari pergaulan dengan orang-orang yang memiliki perilaku boros agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan gaya hidup hura-hura yang tidak bermanfaat
c.    Biasaan bergaul dengan mereka yang memiliki sikap perilaku hemat dan rajin menabung supaya kamu terbawa arus pergaulan yang baik dan bermanfaat
d.     Ingatlah bahwa uang atau harta itu tidak didapat dengan mudah, melainkan diraih dengan susuah payah dan pengorbanan yang tinggi
e.      Seringlah berdoa agar terhindar dari sifat boros

Ria
Pengertian ria
Ria ialah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan ingin mendapat penghargaan atau pujian dari orang lain.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ria merupakan sikap perbuatan sikap perbuatan tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sebab, selain amal perbuatannya tidak mendatangkan pahala, juga belum tentu ada orang yang memuji atau simpati kepadanya

Dalil tentang perintah menjauhi sifat perintah menjauhi sifat ria

Dari Abdullah Ibnu Umar dari Ubayy Ibnu Ka’ab Al-Ansari berkata, Rasulullah saw telah bersabda barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain, maka Allah akan meperdengarkan kejelekannya kepada orang lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain, maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada orang lain. (Hr. Bukhari)

Menurut para ulama, ria terbagi kepada dua bentuk, yaitu ria syafahi (ucapan) dan ria amali (perbuatan).
a. Ria Syafahi adalah ria dalam bentuk ucapan atau disebut juga sum’ah, yaitu sifat suka menceritakan amal perbuatan agar didengar oleh orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pujian, sanjungan atau simpati dari orang lain. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
ü  Bicaranya selalu berlebihan, bahkan kadang tidak masuk akal
ü  Bicara sambil memberi isyarat tertentu, baik dengan tangan, muka atau anggota badan yang lain
ü  Bicara tanpa aturan da tidak menghiraukan orang lain
ü  Mau berbicara hanya dihadapan orang banyak
ü  Topik pembicaraan selalu cenderung memuji dirinya sendiri

b.  Ria amali adalah ria dalam bentuk perbuatan. Ria dalam bentuk ini mencakup segala amal perbuatan manusia yang sengaja diperlihatkan kepada orang lain untuk mendapatkan pujian atau simpati. Adapun ciri-sirinya sebagai berikut:
ü  Jika berbuat kebaikan selalu ingin disaksikan oleh orang banyak
ü  Jika waktu berbuat tidak disksikan oleh orang banyak maka diberitahukannya kepada orang lain dikemudian hari
ü  Selalu menunda amal perbuatan baik, sebelum orang banyak mengetahui perihal perbuatannya
ü  Tampak bermuka masam jika tak mendapat pujian dari orang lain

Kamis, 13 September 2018


Beriman Kepada Qada dan Qadar

A.     Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar termasuk rukun Iman yang ke- enam dan harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Iman kepada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari lebih populer dengan sebutan takdir. Iman kepada Qada dan Qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta.

Menurut bahasa, Qada memiliki beberapa pengertian, yaitu hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah, qada adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yangberkenan dengan makhluk.

Sedangkan, menurut bahasa, qadar artinya kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam, qadar adalah perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.

B.      Ciri Beriman Kepada Qada dan Qadar.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :
• ada yang memuaskan ada yang tidak,
• ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan,
• ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.

Bagi orang yang beriman kepada qada dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada qada dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.

Contoh :
• Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus mengalir.
• Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian keuntungannya tersebut.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna lagi. Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam perbuatan yang merusak, seperti melamun, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-mata merupakan prestasi yang harus dirayakan dan dia berhak dan bebas menggunakan sesuka hatinya.



Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qada dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan keimananmu kepada qada dan qadar.

Ciri  orang yang beriman kepada qada dan qadar.

1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan.
Iman kepada qada dan qadar dapat menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk menerima kenyataan hidup. Karena yang terjadi adalah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya bencana atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)

2. Senantiasa bersikap sabar.
Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa dalam keadaan yang stabil jiwanya.
Artinya : “Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji lagi ?”.(QS. al-Ankabut : 2)

Wujud ujian dan cobaan bisa berupa tiadanya biaya pendidikan, fisik yang lemah, penyakit, orang tua meninggal, dilanda bencana alam, dan sebagainya. Perhatikan firman Allah berikut :
Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah : 155)

Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah, yaitu supaya memberi berita gembira kepada orangorang yang sabar. Memang dalam menghadapi cobaan diperlukan sikap sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit manusia mencapai sukses.

3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.
Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah :
Artinya : “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)

4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.
Keyakinan terhadap Qada dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah putus asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan berputus asa. Firman Allah SWT :
Artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)

5. Senantiasa menerapkan sikap tawakal.
Tawakal (berserah diri kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini bahwa segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin Allah menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).

C.       Contoh dan Macam-macam Takdir.

Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :

1. Takdir Mubram

Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu ajal seseorang tiba
Usia seseorang
Jenis kelamin seseorang
Warna darah yang merah
Bumi mengelilingi matahari
Bulan mengelilingi bumi

Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)

2. Takdir Mu’allaq

Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya aakhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ ….
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)

Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.

Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.

Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qada dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita citacitakan